Oleh Wafik Ulinnuha
Zaman dahulu ada
seorang lelaki menghadap kepada Nabi. Lelaki tersebut berkeluh kesah tentang
kehidupannya. Dia menceritakan keluh kesahnya mengenai ekonomi, keluarga, dan berbagai
hal lainnya. Semua keluh kesahnya itu ia ceritakan kepada Nabi. Dengan harapan
setelah menceritakan permasalahnya tadi akan mendapatkan solusi dari Nabi. Kondisi
orang tersebut dari sisi ekonomi tergolong susah, dalam urusan rumah tangga pun
sering ribut dengan istrinya.
Nabi kemudian memberikan
solusi kepadanya, yang disebutkan dalam sebuah hadis. Yang pertama,
ÙˆَØ£َتْبِعْ اَلسّيئَØ©َ
الØَسَÙ†َØ©َ تَÙ…ْØُÙ‡َا
“Ketika setelah
melakukan maksiat maka iringilah dengan kebaikan.” Persoalan itu bisa jadi karena
ketika kita buntu dalam beberapa persoalan tentang kehidupan tidak mengiringinya
dengan kebaikan. Maka Nabi sangat menganjurkan berbuat baik setelah melakukan
maksiat (contoh setelah maksiat lalu wudlu, sholat sunnah, dan sodaqoh).
Kebaikan apapun yang bisa dilakukan.
Hadist yang
kedua yaitu Ø®َالِÙ‚ِ النَّاسَ بِØ®ُÙ„ُÙ‚ٍ ØَسَÙ†
(waholiqinnas
bilhuluqin hasanin). Ketika bergaul dengan teman, saudara, menggunakan akhlaq
yang baik. Dengan lantaran itulah kita dapat keluar dari kebuntuan persoalan
dunia. Tapi jangan lantas kita menipu mereka dengan mengada-ada berbuat buruk
sebelum berbuat baik.
Laki-laki
tersebut bertanya kenapa umat Nabi mengapa tidak berumur panjang? Lalu Nabi
menjawab, “Umur umatku itu lebih pendek dari umat sebelumku, maka dari itu
janganlah perpendek umurmu dengan kesusahan dan kerepotan. Maka itu akan
sia-sia.” Karena kebanyakan umur umat nabi itu hanya 80 tahun, jika umur umat Nabi
mencapai 150 tahun pun akan merepotkan anak cucunya. Maka umur yang pendek
tersebut dimanfaatkan dengan baik agar dapat digunakan untuk beribadah.
Ketika orang
tersebut beribadah dengan serius maka akan tenang, Imam Ghozali berkata sebuah
hadist qudsi amlau qolban ghinnah. Allah akan memberkan kekayaan hati bagi seseorang yang beribadah
dengan serius. Ibadah serius yang di maksud dapat berupa sholat jamaah dengan
khusyuk.
Wa amla’u
yadahu rizqan. Dan allah akan memenuhi tangannya dengan
rizqi yang cukup. Artinya, ketika seseorang melakukan sesuatu dengan tangannya
maka akan bermanfaat (jika ia memegang sesuatu, maka akan menjadi bermanfaat,
misal barang jualannya laku di jual). Namun sebaliknya, jika kita jauh dari Allah
maka hatinya akan di penuhi kefakiran, segala sesuatu akan terasa kurang. Hati
kita akan merasa kurang jika diberi sesuatu. Lebih parah lagi tangan kita akan
disibukkan oleh Allah tapi tidak mendapatkan hasil. Sibuk dari pagi bekerja
hingga sore, namun ketika pulang tidak membawa apa-apa. Melainkan hanya membawa
hal-hal yang membuat hati tidak tenang. Seperti mudah marah ketika tidak
mendapatkan hasil. Semoga kita selalu diberi petunjuk dan dimudahkan dalam
segala urusan. Wallahu A’lam.
Sumber : Pengajian Malam Selasa Abah Naim Salimi
COMMENTS